Sabtu, 25 Januari 2014

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 29 Desember 2013



Pada jaman dulu di Tiongkok,  An Shi-gao telah menjadi teladan bagi kita. An Shi-gao berjodoh dengan Tiongkok. Pada masa Dinasti Han wilayah tersebut bernama Anxi, tetapi sampai pada masa Dinasti Tang disebut Bosi, sekarang disebut Iran, namanya berbeda tetapi tempatnya sama.

Pada masa Dinasti Han, An Shi-gao adalah seorang putra mahkota Negeri Anxi, setelah ayahandanya wafat, dia melanjutkan tahta kerajaan, setelah setengah tahun berlalu, dia menyerahkan tampuk kekuasaan kepada pamannya. Kemudian dia meninggalkan keduniawiaan dengan Nama Dharma Shi-gao.

Setelah mencapai pencerahan, dia menuju Tiongkok untuk menyebarkan Buddha Dharma dan merupakan seorang Master penerjemah sutra yang terbaik pada masa itu. Gaya terjemahan An Shi-gao  menyerupai Kumarajiva, yakni tidak menerjemahkan kata demi kata, tetapi menggunakan terjemahan harfiah, sangat cocok dengan selera orang Tiongkok, sehingga mereka suka membacanya.

Menurut riwayat hidup dalam “Kisah Para Bhiksu Senior”, didalamnya tercantum dengan jelas, di Tiongkok dia sempat membayar hutang nyawa sebanyak dua kali, dan ini adalah akibat pada masa lampaunya silap membunuh, jadi bukan sengaja. Pada kelahiran ini dia harus membayar hutang nyawa dan juga dibunuh karena kesilapan. Dia memiliki kemampuan gaib sehingga terlebih dulu memberitahu rekannya, hari ini saya akan ditimpa masalah, jika pejabat pengadilan menanyakan hal ini, beritahukan pada mereka bahwa ini adalah dendam dari kehidupan lampau, jangan menyalahkan si pembunuh, dia tidak berdosa, dia hanya melakukan kesilapan. Lihatlah, benih sedemikian menghasilkan buah yang sedemikian pula, tidak dapat dihindari.

Setelah memahami hal ini barulah kita tahu bahwa apa yang diperbuat itulah yang diterima, tidak ada kaitannya dengan orang lain. Jika kita memiliki pemikiran sedemikian, orang ini bersalah padaku, masalah ini telah menyusahkan diriku, ini sudah salah.

Jika ditimpa masalah maka tanyakan kembali pada diri sendiri, kesalahan pasti ada pada diri sendiri, mana boleh menyalahkan orang lain, ini namanya dosa berlipat ganda, balasannya tentu bertambah berat. Kita harus menenangkan diri untuk merenungkan sehingga sumber masalah dapat ditemukan. Dengan sikap tidak menyalahkan orang lain maka walaupun kita sendiri memiliki rintangan karma, maka rintangan karma akan menjadi ringan.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 29 Desember 2013



在中國過去,安世高給我們做出榜樣。安世高跟中國有緣,漢朝時候這個地區叫安息,唐朝時候叫波斯,現在叫伊朗,名稱不一樣,是一個地方。漢朝時候他是安息國的太子,他父親死了之後他繼承王位,做了半年,把王位讓給他的叔叔,他出家修行去了,法號叫世高。悟道之後,到中國來傳教,是早期翻譯經典翻得最好的一位法師。安世高翻的經就像鳩摩羅什一樣,他不用直譯,他用意譯,非常適合中國人的口味,都喜歡看他的譯本。

傳記,《高僧傳》裡頭寫得很清楚,他在中國還過兩次命債,而是前世誤殺的,不是有意,誤殺的。這一生還債,還是誤殺,他被別人誤殺。他有神通,告訴他的同伴,今天我會出事情,官府裡頭要查問,要告訴他這是冤冤相報,不要處分這個人,他沒有罪,他是誤傷的。你看,怎麼樣造的業還是怎麼樣的還,沒有辦法躲避的。

  真正明瞭之後才知道完全是自作自受,於任何人都不相干。如果我們有個念頭,這個人對不起我、那樁事情對不起我,這錯了。行有不得,反求諸己是對的,過失決定在自己,怎麼可以去賴到別人,那是罪上加罪,報得還更重。我們自己能夠冷靜思惟,把自己的問題找出來,決定不怪罪別人,自己縱然造作罪業,罪業會減輕,重罪輕報。

二零一二淨土大經科註  (第五五九集)  2013/12/29